Usia : 11 Tahun
E-mail : rika_donghae@rocketmail.com
Di sebuah rumah yang cukup besar, hiduplah sebuah keluarga yang berbahagia. Segala keperluan pasti terpenuhi. Tetapi pagi
ini, terjadi sebuah keributan di rumah tersebut.
Seorang anak tunggal
yang hidup di rumah tersebut bernama Caren. Lengkapnya Lucaren Veronica. Ia
berumur 10 tahun namun ia sangat keras kepala dan egois. Ia tidak bisa
menghargai segala yang telah diberikan tuhan padanya.
“Ih Ma! Aku nggak mau
punya adik tiri!” seru Caren sebal.
“Maaf Caren, tapi Mama
dan Papa sudah terlanjur mengadopsi seorang anak yang sangat menggemaskan dan
baik. Namanya Lolita, umurnya baru saja menginjak 3 tahun,” balas Mama seraya tersenyum
manis.
Tiba-tiba, seorang
gadis mungil muncul dari balik pintu. Ia berlari menuju ke pangkuan Mama.
“Heh! Kamu siapa sih megang-megang
Mama aku?!” bentak
Caren seraya mendorong tubuh Lolita dengan kasar.
Lolita terjatuh karena
didorong oleh Caren. Ia kemudian menangis seraya memegangi kakinya yang sakit
terkena kaki kursi.
“Hush Caren! Sikapmu
tidak baik! Ini adalah adikmu! Jadi bersikaplah baik padanya, walaupun ia bukan
adik kandungmu!” bentak Mama seraya menghibur Lolita yang tengah menangis
kesakitan.
“Ini nih yang paling aku
gak suka saat mempunyai adik tiri!” seru Caren sebal seraya berlari ke kamarnya.
Di dalam kamar, Caren
menangis. Walaupun tangisannya tidak begitu keras, namun perasaannya sangatlah
sakit.
Di depan pintu kamar,
Mama, Papa dan Lolita sudah berdiri. Lolita berdiri dengan sepucuk bunga mawar
berwarna pink, bunga dan warna kesukaan Caren.
“Kak Calen, buka
pintunya dong… Loli mau minta maaf ke Kak Calen,” ucap Lolita seraya mengetuk pintu kamar Caren. Di
hati Lolita, tak ada rasa
benci sama sekali pada Caren. Berbeda dengan Caren, Caren malah sebaliknya.
“Caren sayang, ayo buka
pintunya dong! Liat adikmu, dia mau minta maaf sama kamu tuh!” seru Papa seraya membujuk Caren
agar membukakan pintu.
Akhirnya, Mama yang
membuka pintu kamar. Terlihat jelas Caren yang sedang menangis terisak-isak.
Mama menghampiri anak
kesayangannya lalu
mengelus kepalanya. Kemudian Mama berkata, “Caren, Mama akan
terus menyayangimu walau kita kedatangan adik baru,”
jelas Mama.
“Kak Calen, ini bunga
buat Kak Calen. Kata Mama, Kak Calen suka bunga Mawal
yang walnanya pink,” ucap Lolita seraya menyerahkan sepucuk mawar pink.
Caren kemudian mengusap
air matanya. Ia menerima bunga dari Lolita kemudian melemparnya
dengan kasar.
“Jangan harap Aku akan
menganggapmu sebagai adik, Lolita! Aku tetap membencimu!”
seru Caren seraya berlari
lagi menuju halaman belakang rumahnya.
Lolita tersenyum. Setetes demi setetes air matanya
meluap. Dengan sabar, ia mengambil kembali bunga mawar yang telah dilempar
Caren.
“Yang sabar ya Lolita... Kak Caren memang begitu
sifatnya,” jelas Mama seraya jongkok disamping Lolita kemudian mengelus kepalanya
dengan lembut.
Lolita mengangguk seraya menghapus air matanya. Kemudian
ia memeluk bunga mawar pink yang akan ia coba untuk diberikan kepada Caren
lagi.
“Yuk kita susul Kak Caren ke belakang!” seru Papa seraya
memegang tangan Lolita kemudian berjalan beriringan menuju halaman belakang.
Di halaman belakang, Caren sedang duduk di bangku
berwarna putih seraya menutupi mukanya.
Tanpa Caren sadari, Lolita kemudian duduk di samping
Caren. Lolita sudah siap menerima perlakuan Caren ketika ia memberikan mawarnya.
Lolita hanya ingin Caren memaafkannya.
“Sana, kamu pergi.
Mama sama Papa tunggu disini,” bisik Mama pada Lolita.
Lolita. hanya mengangguk kemudian berjalan kearah bangku
yang diduduki Caren.
“Ngg... Kak...” Lolita menundukkan kepalanya seraya memegang
tangan Caren.
“Maafin Lolita ya... Kalau Kakak masih gamau maafin
Lolita, Lolita bisa minta Mama pulangin Lolita ke Panti Asuhan kok,” ucap
Lolita seraya tersenyum manis.
Kemudian Caren menatap Lolita dalam-dalam. Lalu ia
memegang tangan Lolita dengan lembut dan tersenyum manis.
“Lolita... Sebenernya yang salah bukan kamu... Kakak yang
salah, Kakak terlalu egois.... Maafin Kakak ya? Kakak mohon jangan kembali ke
Panti Asuhan... Kakak bersyukur sekali dapat memiliki adik tiri sebaik kamu...”
sahut Caren seraya memeluk Lolita dan menangis.
DEG!
Mama dan Papa terkejut melihat anaknya dapat sebijaksana
itu. Tidak biasanya Caren berperilaku seperti itu.
Lolita kemudian menangis terharu. Ia menyerahkan mawar
pink yang daritadi ia pegang kepada Caren.
Caren menerima mawar pink tersebut dengan lembut. Kini,
Caren sadar. Sikapnya selama ini sangatlah buruk, berkat kedatangan Lolita-lah
Caren bisa seperti ini.
“Lolita... I love
you”